MAKALAH

 

ORIENTASI , RUANG LINGKUP , DAN KESALAH PAHAMAN TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING

 

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH DASAR DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING  

 

DOSEN PENGAMPU : Dr. Awalya, M.Pd. Kons.

 

OLEH :

 

Candra Dewi                          ( 1301412009 )

           Nur Wakhidah                       ( 1301412034 )                  

           Sa’adatul Atiyah                     ( 1301412030 )

 

Rombel : 1

 

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.     Latar Belakang

      

Orientasi perseorangan BK menghendaki agar konselor  menitiberatkan pandangan pada siswa secara individual. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok  dalam kelas itu penting juga, tetapi  arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan pada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan siswa merupakan konfigurasi yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat.

 

  1. B.     Tujuan

 

Diharapkan mampu menjelaskan pengertian tentang orientasi , ruang lingkup, dan kesalahpahaman terhadap Bimbingan dan Konseling.

 

  1. C.     Manfaat
    1. Untuk mengetahui orientasi dalam Bimbingan dan Konseling.
    2. Agar mengetahui ruang lingkup dalam Bimbingan dan Konseling
    3. Agar mengetahui semua kesalahpahaman terhadap Bimbingan dan Konseling

 

 

 BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.   ORIENTASI TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING

Orientasi yang dimaksud adalah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Pandangan konselor terhadap kliennya itulah orientasi yang akan diuraikan :

  1. Orientasi perseorangan                                   

Orientasi perseorangan BK menghendaki agar konselor  menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok  dalam kelas itu penting juga, tetapi  arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan pada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan siswa merupakan konfigurasi yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.

Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam BK, yaitu:

  1. Semua kegiatan BK diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu   yang menjadi sasaran layanan.
  2. Pelayanan BK meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan, motivasi, dan kemampuan potensialnya yang semuanya unik.
  3. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangai secara individual. (Ronger, dalam McDaniel, 1956)
  4. Menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuha klien setepat mungkin.

 

 

 

  1. Orientasi perkembangan

Orientasi perkembangan dalam BK lebih menekankan pentingnya  peranan perkembangan yang terjadi  pada saat ini dan yang akan terjadi pada individu dimasa yang akan datang. Keseluruhan proses perkembangan itu menjadi perhatian BK.

  • Ø Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992).

Dalam hal itu peranan BK adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjadi alur perkembangannya. Pelayanan BK berlangsung dan dipesatkan untuk menunjang kemampuan inhern individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.

  • Ø Ivey dan Rigazio (dalam Maers, 1992)

Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap pelayanan BK. Selanjutnya ditegaskan bahwa praktek BK tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh idividu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dan klien bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya pekembangan klien.

  • Ø Secara khusus Thompson dan Rudolph (1983)

Melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak – anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk:

  1. Hambatan ogesentrisme
  2. Hambatan konsentrasi
  3. Reversibilitas
  4. Hambatan transformasi

 

  1. Orientasi permasalahan

Dalam kaitannya dengan fungsi BK yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah yang mungkin membebaninya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi lain yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan, memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula bermanfaat dalam upaya pengentasan. Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahnya atau terentaskan masalah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi – fungsi bimbingan dan dengan demikian pula menyusup segenap jenis layanan kegiatan BK.

              

  1. B.   RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat, ada beberapa bidang garapan dari bimbingan dan konseling ini, bidang bimbingan yang akan diberikan meliputi tiga bidang garapan, adapun 3 bidang tersebut,yakni:

  1. Bimbingan sosial pribadi yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:
  • Pemahaman diri
  • Mengembangkan sikap positif
  •  Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
  • Menghargai orang lain
  • Mengembangkan rasa tanggungjawab
  • Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
  • Keterampilan menyelesaikan masalah
  • Membuat keputusan secara baik
  1. Bimbingan Pengembangan Pendidikan, memuat layanan yang berkenaan dengan:
  • Belajar yang benar
  • Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
  • Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan            kemampuannya keterampilan untuk menghadapi ujian
  1. Bimbingan pengembangan karier, meliputi:
  • Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan
  •  Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
  • Mengeksplorasi arah pekerjaan
  • Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan

 

 Adapun menurut para ahli, layanan Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang garapan, seperti yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (Ahman, 1998;2530) yakni:

  1. Layanan Dasar Bimbingan layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupannya, dengan muatan materi yakni :
  • Self esteem
  • Motivasi berprestasi keterampilan pengambilan keputusan, merumuskan tujuan    dan membuat perencanaan
  • Keterampilan pemecahan masalah
  • Kefektifan dalam hubungan antar pribadi
  • Keterampilan berkomunikasi
  • Keefektifan dalam memahami lintas budaya
  • Prilaku yang bertanggungjawab

 

  1. Layanan responsif

Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi dan karier atau masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup:

  • Kesuksesan akademik
  • Kenakalan anak
  •  Masalah putus sekolah
  •  Kehadiran
  • Sikap dan prilaku terhadap sekolah
  • Hubungannya dengan teman sebayaKeterampilan studi
  • Penyesuaian di sekolah baru
  1. Sistem perencanaan individual

Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Dengan kata lain, melalui sistem perencanaan individual siswa dapat:

  • Mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi yang didasarkan atas    pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
  • Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan tujuan jangka panjang.
  • Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya
  • Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
  • Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya
  1. Sistem pendukung

Ksomponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan ini mencakup:

  • Konsultasi dengan guru-guru
  • Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat
  • Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan perencanaan dan tujuan
  • Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
  • Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan
  • Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa.

 

  1. 5.     KESALAHPAHAMAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Kesalahpahaman yang sering dijumpai di lapangan antara lain sebagai berikut :.      

  1. 1.     Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan

Ada dua pendapat yang ekstrim berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling sema saja dengan pendidikan.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan perlengkapan (alat, tempat, dan sarana)yang benar-benar memenuhi syarat. Pelayanaan bimbingan dan konseling harus secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.

  1. 2.     Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah

Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Tidak jarang pula konselor sekolah diserah tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian.

  1. 3.     Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-mata sebagai Proses Pemberian Nasihat

Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling.

  1. 4.     Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya  Menangani Masalah yang Bersifat Insidental

Memang, sering kali pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien sekarang, yang sifatnya diadakan. Namun, pada hakekatnya pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang.

  1. 5.     Bimbingan dan Konseling Dibatasi Hanya untuk Klien-klien Tertentu Saja

Pelayanan bimbingan dan konseling bukan tersedia dan tertuju hanya untuk klien-klien tertentu saja, tetapi terbuka untuk segenap individu ataupun kelompok yang memerlukannya.

  1. 6.     Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal”

Bimbingan dan konseling tidak melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”. Bimbingan dan konseling hanya melayani orang-orang normal yang mengalami masalah tertentu. Masalahnya, ialah masih banyak konselor yang terlalu cepat menggolongkan atau setidak-tidaknya menyangka seseorang mengalami keabnormalan mental atau ketidaknormalan jiwa.

Konselor-konselor yang demikian itu akan memudarkan citra profesi bimbingan dan konseling. Klien kemungkinan akan mempresepsi masalah yang akan dialaminya, secara salah.

  1. 7.     Bimbingan dan Konseling Bekerja Sendiri

Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur budaya, sosial dan lingkungan. Oleh sebab itu, penanggulangannya tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor saja. Dalam hal ini peranan guru, orangtua, dan pihak-pihak lain sering kali sangat menentukan.

PENUTUP

  1. SIMPULAN

Orientasi bimbingan dan konseling mengacu pada pusat perhatian suatu

Titik berat pandangan konselor dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling. Orientasi perorangan berarti pusat perhatian dan titik pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan kepada orang perorang sasaran layanan . Demikian pula dalam format layanan kelompok, titik berat layanan tetap diarahkan kepada sasaran layanan secara individual.

Diluar sekolah , pelayanan bimbingan  dan konseling diselenggarakan didalam keluarga dan dilembaga-lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas. Olek karena itu,konselor berada dimana-mana , bekerja dibergai lembaga dalam berbagai bidang kehidupan, bekerja sama dengan berbagai pihak. 

  1. SARAN

Orientasi perkembangan melihat sasaran layanan sebagai individu yang sedang berkembang. Layanan bimbingan dan konseling justru melayani perkembangan itu, agar perkembangan itu berjalan melalui tahap-tahap secara lancer dan mencapai tugas-tugasnya secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan itu. Sedangkan orientasi permasalahan bermaksud mengarahkan perhatian konselor kepada kemungkinan adanya masalah pada diri sasaran layanan, dan kalau terjadi masalah itu memang ada, layanan bimbingan dan konseling berusaha mengentaskannya. Lebih jauh, orientasi permasalahan itu berusaha agar sasaran layanan tidak mengalami masalah

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno.(1990).Konselor Masa Depan dalam Tantangan dan Harapan.Pidato pengukuran sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling pada FIP IKIP Padang.

Prayitno.(1987).Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta : P2LPTK Depdikbud

 

PROPOSAL PENELITIAN

 

PENGARUH MODEL BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 DEMAK

 

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu: Dra. MTh. Sri Hartati, M.Pd.

 

Sa’adatul Atiyah

1301412030

 

 

 

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

  1. A.    JUDUL

Pengaruh  Model Belajar dan Motivasi  Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP N 1 DEMAK.

 

  1. B.     LATAR BELAKANG MASALAH

Sampai saat ini, masalah yang melanda dunia pendidikan sebagian besar terkait pada upaya peningkatkan motivasi prestasi siswa. Model belajar dan motivasi prestasi siswa, khusus siswa dalam belajar masih relatif rendah, karena pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar. Untuk itu perlu dirancang pengemasan pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran didalam bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar. Dengan demikian siswa harus mempunyai potensi dan prestasi diri yang tinggi. Prestasi tinggi merupakan hasil yang dapat diraih dengan pengalaman, ketekunan belajar dan motivasi tinggi.

Siswa memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam pengembangan karir siswa yaitu motivasi berprestasi, motivasi berkuasa dan motivasi berafiliasi. Dari ketiga motivasi dasar tersebut, motivasi berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia karir karena dengan usaha yang terus menerus untuk meraih prestasi. Untuk meraih sukses, motivasi berprestasi sangat diperlukan.

Selain motivasi berprestasi, prestasi belajar siswa tidak terlepas juga dari model belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kecenderungan pada satu model belajar tertentu. Namun demikian, ada siswa yang cenderung seimbang antara model belajar satu dengan yang lainnya, atau memadukan berbagai model belajar dalam proses belajarnya. Siswa mempunyai model belajar yang berbeda. Siswa yang mengenali model belajarnya sendiri akan membantu memahami materi yang diberikan guru sehingga mudah memproses materi. Jika mudah dalam memproses materi dan mudah mengingat maka mudah dalam mengerjakan ujian sehingga prestasi belajar meningkat. Faktor yang paling berpengaruh pada perkembangan siswa yaitu pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Proses pembelajaran yang baik akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar.  Dalam hal ini Pencapaian hasil belajar  merupakan wujud nyata dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat diterapkan pada bidang pekerjaan yang digeluti nantinya.

 

  1. C.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah ada Pengaruh Model Belajar dan Motivasi  Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP N 1 DEMAK  ?
  2. Jika berpengaruh, berapa besar Pengaruh Model Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMP N 1 DEMAK ?

 

  1. D.        MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat teoretis
    1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
    2. Memberikan bukti empirik terhadap pentingnya model belajar terhadap motivasi berprestasi dan prestasi belajar
    3. Hasil penelitian dapat memberikan kajian dan informasi tentang pengaruh model belajar terhadap motivasi berprestasi dan prestasi belajar
    4. Manfaat praktis:
      1. Bagi Siswa
  • Membantu meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran.
  • Membantu meningkatkan pemahaman mengenai materi pembelajaran.
  • Membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
  1. Bagi Guru
  • Dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan pembelajaran.
  • Sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.
  1. Bagi Peneliti
  • Meningkatkan kreatifitas dan keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar.
  • Menambah wawasan dan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya.

 

  1. E.     LANDASAN TEORI
  2. Model Belajar

Model belajar atau learning style adalah cara baik yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal (S. Nasution, 2008:94). Model belajar juga dapat diartikan sebagai cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.

De Porter dan Hernacki (2009:112-124) dalam buku Quantum Learning mengemukakan secara umum model belajar terbagi menjadi 3, yang biasa dikenal dengan VAK (Visual/penglihatan, Auditori/Pendengaran, dan Kinestetik/Gerakan).

Kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkan untuk menyerap pelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, mengingat, berpikir, dan memecahkan soal dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.

  1. Motivasi Berprestasi

Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktivitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004).

Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai penampilan puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.

Motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah suatu cara berpikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetensi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif dan lebih efisien untuk meraih suatu hasil yang atau prestasi dikehendaki.

McClelland (1953:82) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Mempunyai tanggung jawab pribadi
  2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan
  3.  Berusaha bekerja kreatif
  4.  Berusaha mencapai cita-cita
  5. Memiliki tugas yang moderat
  6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
  7. Mengadakan antisipasi

Sebagai orang dengan kedudukan motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam Hamzah B.Uno,2007)  terdapat sifat – sifat dasar orang yang dimiliki dengan kebutuhan pencapaian yang tinggi sebagai berikut :

  1. Selera akan keadaan yang menyebabkan seorang dapat bertanggung jawab secara pribadi
  2. Kecenderungan menentukan saran – saran yang pantas (sedang) dan memperhitungkan resikonya
  3. Keinginan untuk mendapatkan umpan balik yang jelas akan kinerja

Orang – orang yang belajar cepat dan lebih baik apabila mereka sangat termotivasi untuk mencapai sasaran mereka. Dan karena sangat termotivasi untuk mencapai sasarannya, mereka selalu mau menerima nasehat dan sasaran tentang cara meningkatkan kinerjanya.

  1. Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari kata, yaitu prestasi dan belajar. Pengertian prestasi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.

Pada umumnya orang melakukan usaha atau bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak atau dengan kata lain efisien. Efisien adalah sebuah konsep mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya menurut Gie (dalam Muhibbin Syah, 2006).

Belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2)

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai dalam belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan pada pembelajaran.

 

  1. F.     HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori di atas dapat diperkirakan hipotesisnya yaitu sebagai berikut:

  1. Ho : tidak ada pengaruh  antara model belajar dan motivasi  berprestasi terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 1 DEMAK
  2. Ha : ada pengaruh pengaruh  antara model belajar dan motivasi  berprestasi terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 1 DEMAK
  3. G.    METODE PENELITIAN
  4. Jenis Penelitian

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:14).

Metode kuantitatif ini digunakan sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disenut metode kuantitatif karena data prnrlitian ini berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistic.

 

 

  1. Variable Penelitian

Variabel indenpenden yang sering disebut sebagai variable bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variable bebas adalah model belajar. Sedangkan variabel dependen yang sering disebut sebagai variable terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variable terikat adalah motivasi berprestasi dan prestasi belajar menurut Sugiyono (2013:61)

  1. Populasi dan Sampel

Poulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannaya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut oleh Sugiyono (2013:118).

 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Demak. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Nonprobability Sampling dengan menggunakan Sampling Sistematis melihat bahwa teknik pengambilan sampel ini tidak memberi peluang/kesempatan sama baginsetiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel menurut Sugiyono (2013:84). Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIIIA SMP N 1 Demak sebanyak 40 siswa.

  1. Metode dan alat pengambilan data

Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode sebagai berikut:

  1. Angket

Metode angket dapat dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang telah di buat untuk digunakan dalam memperoleh informasi dari responden dalam tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui. Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah siswa SMP N 1 Demak yang berjumlah 40 siswa untuk memperoleh data mengenai model belajar dan motivasi berprestasi siswa SMP N 1 Demak.

  1. Wawancara

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dan sebagai penguat dari hasil data pertama. Wawancara ini berfungsi sebagai pelengkap dan sebagai metode untuk klarifikasi kebenaran data yang telah diperoleh dari data sebelumnya.

 

  1. Validitas dan Reliabilitas

Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas konstruk. Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek – aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya akan dikonsultasikan dengan ahli.

Reliabilitas dalam enelitian ini menggunakan uji Test-retest dengan cara memberikan instrument  beberapa kali pada responden. Dalam hal ini instrument yang diberikan sama, respondennya sama, dan dengan waktu yang berbeda.

 

  1. Teknik analisis data

Dari data yang telah terkumpul dapat dianalisis dengan menggunakan teknik yang telah dipilih yaitu teknik deskriptif. Dimana digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

 

De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2009. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

J. Winardi. 2004. Motivasi; Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Mc. Clelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. NewYork: Halsted Press.

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

S. Nasution, M.A. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.Sri Rumini. 1995. Psikologi Pendidikan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke 17. Bandung: ALFABETA.

Tapiardi, W. 1996. Motivasi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tim Penyusun  Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

W. S. Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia.

 

Fenomena Siswa

FENOMENA PERANGKAT TIK YANG SERING DIGUNAKAN OLEH SISWA

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat berkembang di masyarakat, terutama dikalangan seorang siswa sebagai generasi penerus bangsa. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi pun terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia dan kemajuan persaingan global.  Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang  seakan telah melekat didalam setiap diri seorang siswa  di era sekarang  ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah menglobal mampu mencakup segala aspek kebutuhan yang ada dalam kehidupan.

Teknologi Informasi dan Komunikasi banyak memiliki peranan penting bagi dunia pendidikan, terutama bagi siswa dan seorang guru. Teknologi Informasi seakan telah menjadi penganati dari buku yang sering digunakan guru saat proses pembelajaran berlangsung Teknologi informasi menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi semakin berkembang. Namun, dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi  juga memiliki banyak kekurangan. Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak hanya memberikan dapak positif, namun juga memiliki dampak negatif terhadap kehidupan seorang siswa.

Berbagai macam alat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang paling mempengaruhi dan yang paling marak dikalangan seorang siswa  diantaranya yaitu :
1.      Komputer

Komputer merupakan bagian dari peralatan yang berupa hardware dan software yang digunakan untuk membantu dalam mengolah data menjadi informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan di lain waktu. Informasi yang dihasilkan komputer dapat berupa tulisan, gambar, suara, video, dan animasi.

Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.

2.      Laptop

Laptop adalah salah satu peralatan  yang fungsinya hampir sama dengan komputer tetapi memiliki bentuk yang lebih praktis dan dapat di lipat serta dapat pula dibawa-bawa kemana – mana, karena menggunakan bantuan baterrai charger sehingga bisa digunakan tanpa menggunakan listrik.

Kelebihan dari laptop bagi siswa yaitu sebagai alat bantu penambah wawasan bagi siswa untuk mengetahui informasi serta pengetahuan yang berkembang dengan tersambung internet. Selain itu juga, bagi siswa mempermudah dan lebih praktis dalam mengerjakan tugas – tugasnya di sekolah. Akan tetapi dengan adanya hal itu banyak yang ragu dan mengkritisi karena realita terkesan banyak siswa sekarang memanfaatkan laptop untuk main games dan menggunakan internet untuk chatting, situs porno dan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolah atau pendidikan, hanya untuk menghabiskan jam kosong atau istirahatnya di sekolah.

3.      Televisi

Televise merupakan alat teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam bentuk gambar bergerak atau video secara langsung. Televisi adalah pesawat yang dapat menangkap siaran gambar dan suara dari pemancar.  Televisi sudah menjadi sumber segala informasi. Televise juga merupakan alat yang mayoritas dalam sebuah keluarga pasti memilikinya. Sehingga televise banyak memiliki pengaruh terhadap kehidupan seorang siswa, dimana televise selalu dinyalakan untuk melihat program – program yang ada yang telah dipersiapkan oleh chanel stasiun televisi.

Kelebihan dengan adanya penggunaan Televisi ini dapat memperkaya pengetahuan dan informasi bagi siswa yang terjadi diluar sana sehingga siswa memeliki wawasan yang luas, namun disisi lain dengan adanya televise dimana tidak semua program itu baik bagi siswa, terkadang banyak program yang kurang baik bagi siswa.

4.      Telepon seluler (Handphone)

Telepon seluler sering disebut juga dengan handphone yang merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar telekomunikasi telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless).

Kelebihan dari handphone ini yaitu mempermudah komunikasi. Karena handphone sudah dirancang sebagai alat telekomunikasi yang praktis dan dapat dibawa kemana – mana, sehingga jika seseorang siswa ingin mencari informasi atau menanyakan tugas tidak perlu ketemu atau datang kerumah yang dituju melainkan langsung menghubungi dengan handphone yang dimiliki. Selain itu menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi. Karena dalam layanan handphone sudah terdapat beberapa fitur – fitur seperti internet yang dapat dengan mudah mngetahui atau mencari- cari info atau sumber data yang dikehendaki.

Kelemahan Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di hand phone seperti  kamera, permainan akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk mencontek dalam ulangan atau ujian. Bermain handphone saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya.

5.      Flashdisk

Flashdisk sama juga disebut flash memory atau dinamakan memori stik adalah salah satu alat teknologi penyimpanan sekunder. Flash memory merupakan media penyimpanan yang sangat praktis, karena selain bentuknya yang kecil dan ramping juga memiliki kapasitas penyimpanan yang lumayan besar,yang didalamnya dapat menampung dokumen gambar, video, music dan lain lain. selain itu juga pemasangannya sangat mudah yaitu menggunakan port universal serial bus (USB).

Kelebihan dari flasdisk sendiri yaitu sebagai alat penyimpanan yang praktis dan mudah dibawa kemana – mana dengan kapasitas yang tinggi. Sehingga seorang siswa dapat menyimpan kumpulan tugas – tugas dengan baik di dalam flasdisk. Selain itu terdapat pula kekurangannya yaitu digunakan sebadai penyimpanan dokumen – dokumen yang tidak baik bagi siswa seperti  gambar – gambar dan video porno serta lagu – lagu yang kurang pas bagi siswa.